Tips Menjaga Anak Agar Aman Di Media Sosial

Bagaimana menjaga anak agar tetap aman berinteraksi dengan menggunakan media sosial yang saat ini semakin marak dan diakses oleh pengguna berbagai usia dan kepentingan


Tips untuk menjaga anak agar aman menggunakan media sosial berikut ini adalah salah satu dari sekian banyak tips yang didasari keprihatinan akibat digunakannya media sosial untuk tujuan-tujuan negatif oleh mereka yang tidak bertanggungjawab. Bahkan sudah cukup banyak anak-anak perempuan yang masih di bawah umur menjadi korban kejahatan seksual akibat terlalu percaya pada seorang yang hanya dikenalnya melalui media sosial.

Timbulnya berbagai peristiwa kriminal tersebut tidak bisa dilepaskan dari pesatnya perkembangan dan pertumbuhan teknologi di bidang informasi dan tekomunikasi yang tercermin dengan semakin memasyarakatnya smartphone. Perangkat ini tidak saja dijual dengan harga yang semakin murah, tetapi juga dilengkapi dengan berbagai fitur yang semakin canggih.

Perangkat yang semula hanya dimiliki dan dipakai oleh kalangan terbatas untuk memudahkan komunikasi ini kemudian merambah kalangan remaja, kini telah menjadi perangkat yang dimiliki oleh anak-anak usia sekolah dasar. Kepentingan produsen untuk merambah pasar di berbagai segmen itu membuat smartphone menjadi sebuah gadget yang dirancang dengan berbagai fitur, mulai dari games yang menjadi bawaannya sampai games yang bisa dimainkan secara online melalui jaringan internet.

Pada tahap dimana anak bisa mengakses internet inilah mulai timbul berbagai kerawanan, mereka bisa memainkan games bernuansa kekerasan, akses ke situs porno sampai kebebasan berinteraksi melalui berbagai media sosial dengan orang-orang di dunia maya yang tak pernah mereka kenal sebelumnya. Bahkan sangat mungkin teman-teman baru mereka itu bukan sesusia dan memiliki niatan jahat terhadap mereka.

Meskipun demikian banyak orang tua yang masih beranggapan bahwa smartphone tidak lebih dari handphone, sekedar perangkat elektronik yang berfungsi untuk memudahkan komunikasi dengan anak-anak dan memantau keberadaan mereka. Anggapan ini mengabaikan pesatnya perkembangan software yang mengakibatkan perangkat tersebut tak layak lagi disebut handphone, melainkan menjadi smartphone.

Anggapan  dari era tahun 1990-an itu membuat para orang tua dengan amannya memberi smartphone untuk anak-anak mereka tanpa memperhitungkan  selain fungsinya sebagai alat komunikasi, kemampuannya mengakses internet membuka peluang baru yang bisa berdampak positif atau negatif. Pada tahap ini akan lebih tergantung pada kesiapan penggunanya masing-masing.

Sebaliknya, menghindarkan anak dari ekses negatif dengan melarang atau tidak memberikan smartphone kepada mereka justru merupakan langkah  mundur yang mencerminkan kecenderungan menolak perubahan, khususnya terhadap pesatnya perkembangan teknologi yang merupakan bagian dari kehidupan peradaban modern.

Orang tua masa kini harus bisa bersikap rasional menerima perubahan-perubahan tersebut dengan cara memahami bahwa produk-produk teknologi modern memiliki imbas besar terhadap perkembangan dan pertumbuhan sikap mental spiritual anak-anak mereka. Karena itu, meskipun peran orang tua masa kinilebih besar karena mendapat “tambahan beban” mempelajari teknologi dan media sosial dari fitur-fitur smartphone yang tidak menjadi kebutuhannya, tetapi mau atau tidak mau mereka harus menerima sebagai bagian dari kewajiban orang tua yang baik.

Bagaimana mengatur anak agar aman menggunakan media sosial ?

Tips berikut ini hanya akan efektif jika sebelumnya sudah terjalin ikatan emosional yang akrab antara orang tua dengan sang anak, karena di era global seperti saat ini masih banyak orang tua yang sengaja membatasi diri untuk bersikap demokratis terhadap anak. Selain tidak menumbuhkan iklim saling keterbukaan pola tersebut cenderung mempersulit orang tua untuk memantau dan mengetahui apa masalah-masalah yang mungkin sedang dihadapi oleh anak-anak mereka sendiri.

01. Pahami media sosial

Seperti disarankan oleh Martin Cocker, Executive Director of NetSafe, organisasi non-profit yang peduli keselamatan anak, sebaiknya orangtua mempelajari tentang teknologi dan media sosial dengan anak-anak mereka, dan mendiskusikannya secara terbuka adalah cara terbaik untuk tetap aman bagi anak. "Orangtua harus secara aktif membantu anak-anak mereka agar tetap aman saat online,”  lanjutnya.
Anak-anak bisa menjadi sasaran konten yang tidak pantas, korban cyberbullying atau menjadi incaran predator dan penguntit. Karena itu menurut Martin, dibutuhkan pengawasan untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.

Saran yang hampor sama disampaikan oleh Ahli Parenting dan Psychoterapist asal Inggris, Amy Morin. Dianjurkan para orang tua untuk meluangkan waktu agar dapat mengerti seluk-beluk dan perbedaan di antara media sosial yang aktif digunakan oleh sang anak.  Beberapa media sosial yang paling banyak digunakan anak-anak adalah Facebook, Twitter, SnapChat, Path, dan Line.

“Paham dan mengerti aneka platform media sosial yang sedang populer akan membuat orang tua memahami cara kerjanya dan mereka harus memiliki akun untuk merasakan langsung pengalaman di tiap media sosial,” ungkap Amy. Menrutnya, hal itu perlu dilakukan karena tiap media sosial memiliki resiko yang berbeda, sehingga orang tua juga membutuhkan pengalaman dan pemahaman yang lebih baik.

02. Siapkan anak sejak dini

Melarang anak menggunakan media sosial bukan langkah orang tua yang dewasa, karena anak akan membuat akun sendiri secara sembunyi-sembunyi sehingga mengakibatkan sulitnya pemantauan terhadap apa saja yang dilakukan anak di media sosial. Melarang anak dengan alasan belum cukup usia untuk menggunakan media sosial juga merupakan langkah yang kurang bijak, karena media sosial telah menjadi kebutuhan setiap orang.

Mark Loewen, Konsultan Hubungan Anak dengan Orang tua justru menyarankan agar orang tua mempersiapkan anak sejak dini untuk mengenal media sosial, baik secara teknis maupun tentang tujuan dan manfaatnya. Anak-anak yang sebelumnya terbiasa menggunakan gadget untuk game belum tahu bahwa menggunakan media sosial berarti masuk ke ruang publik dengan segala konsekuensi dan resiko yang belum pernah diketahui anak-anak.

Pada umumnya media sosial mengharuskan pengguna berusia 13 tahun atau lebih. Media sosial terpopuler Facebook juga memberikan batas umur 13 tahun untuk membuat akun di media sosial tersebut. Children's Online Privacy Protection Act (COPPA) melarang sosial media mengumpulkan informasi pribadi anak di bawah usia 13 tahun tanpa izin orang tua.

03. Pantau dan ingatkan bagaimana harus bersikap di media sosial

Pantau sekali-sekali bagaimana anak membuat status dan bagaimana memasang foto di profil mereka. Ingatkan untuk tidak memasang foto tidak sopan dan memposting kalimat-kalimat yang bisa menyinggung perasaan orang lain. Anak-anak yang baru memiliki akun dan menggunakan media sosial umumnya masih belum memahami aspek hukum terkait dengan sikap dan perilakunya di ruang publik.

Karena itu akan sangat efektif memberikan pemahaman tentang Undang-undang Informasi dan Traksaksi Elektronika (ITE) di saat Anda kebetulan membaca atau menyaksikan berita tentang kasus pencemaran baik yang terjadi di media sosial, panggil dan ajak anak mendengar bersama berita tersebut. Jangan langsung menggurui, tapi bersikaplah bahwa mulai saat itu Anda dan anak Anda akan lebih berhati-hati menulis postingan di media sosial.  Ini adalah pengajaran yang paling efektif karena menghadapkan anak langsung pada kasus yang mungkin saja bisa dialaminya. Anak-anak tidak memiliki minat untuk mengikuti acara berita TV, karena itu mereka juga tidak mengetahui informasi tentang kasus-kasus hukum yang menyangkut penggunaan media sosial.

Tips menjaga anak agar aman menggunakan media sosial, karena salah post bisa masuk bui.

04. Saling undang dan mengundang

Saat pertama kali anak memiliki akun, sarankan untuk mengundang atau masuk ke lingkaran Anda, trik ini sangat alamiah karena jarang ada orang yang ingat alamat e-mail orang lain. Karena memerlukan banyak alamat e-mail yang akan diundang atau lingkaran yang akan dibutuhkan, selanjutrnya masukkan e-mail saudara-saudara dan ibunya. Makin banyak orang-orang yang sudah dikenal secara offline yang menjadi lingkungannya di dunia maya, maka akan semakin aman bagi anak.

Sebaliknya, langkah ini juga akan lebih membuat Anda lebih berhati-hati berperilaku di media sosial, karena bisa terpantau oleh anak-anak dan seluruh keluarga Anda. Karena akan percuma berusaha agar anak aman menggunakan media sosial, tetapi justru orang tuanya sendiri berselingkuh gara-gara tertarik pada kenalan barunya di media sosial.

Tagged: